Dengan embel-embel biaya semurah mungkin, dipilihlah kereta api Matarmaja. Nggak, bukan mau niru-niru pilem 5 cm kok, harga Matarmaja waktu itu 65ribu. Sayangnya, kami berlokasi di Bandung. Rute ke Stasiun Pasar Senen kami tempuh dengan menaiki Primajasa yang ke arah Bekasi Timur, turun di Unisma, nyambung angkot ke Stasiun Bekasi, terus sambung Komuter lagi ke Stasiun Pasar Senen. Semuanya itu dengan biaya tambahan 45ribu untuk bus Primajasa, 3ribu untuk angkot, dan 6ribu untuk komuter. Jadi total biaya berangkat dari Bandung sampai di Malang adalah 118ribu, 30ribu lebih murah dari tiket Malabar yang berangkat langsung dari Bandung. Eh iya, masih ditambah lagi angkot dari kosan yang ada di Bojongsoang ke Terminal Leuwipanjang. Totalnya jadi sekitaran 130ribu.
Entah apa cuma gue yang ngerasa, tapi tidur di kereta api ekonomi nggak pernah bisa menghasilkan tidur nyenyak yang berkualitas. Iya, sandaran dan bangkunya membentuk sudut siku-siku, gue harus duduk tegak seakan lagi ikut sekolah mannernya John Robert Powers. Satu bangku diisi 2-3 orang, yah.. cukup sempit, walau nggak seekstrim kalo lo dempet-dempetan naek angkot arah Dayeuh Kolot dari Pasar Kordon (Bandung). Nggak tau rasanya? Cobain deh.
Serba salah. Duduk tegak pegel. Mau selonjoran susyah. Kaki ditekuk mulu pegel. Mau nggak pake jaket tapi dingin, FYI kereta ekonomi sekarang udah pake AC. Mau tiduran dibawah, dingin. Itu kata temen gue yang akhirnya tiduran dibawah dan tetep pegel gegara badannya panjang dan dia tetep harus tidur dengan badan tertekuk sana-sini biar kakinya nggak ngalangin koridor.
Kalo lo biasanya punya lagu tertentu yang lo putar saat ngetrip dengan harapan ketika lo denger lagi, nantinya lagu tersebut bakal membawa lo ke masa-masa indah itu.. Nah, kalo naek kereta ekonomi, jangan denger lagu apapun! Biarkan sahut-sahutan pedagang yang bilang:
"Nasi ayam nasi ayam, anget anget anget," sembari ngebopong bakul berisi lauk-pauknya yang enak banget dimakan, kalo lo lagi laper.
atau
"Kopi energen. Kopi Popmi Kopi ABC," yang bersliweran sambil bawa berenteng-renteng minuman sachet dan termos.
atau
"Kua akua maizon maizon," yang ngebawa kotakan asongan yang isinya minuman. BTW, kalo rute kereta udah masuk tanah Jawa Tengah/Timur lo akan bertemu dengan maizon, bukannya mijon, khas tanah sunda.
atau
"Brem brem brem," nggak ini bukan jual motor-motoran, tapi emang jualan brem.
atau
"Tekotaktekotaktekotak.." Tebak ini jualan apa? Yak, jualan teh kotak. Disinyalir para pedagang ini adalah fans Eminem garis keras, jualan aja sambil nge-rap.
Dan itu.. akan menjadi backsound tak terlupakan.. karena sepanjang malem, ralat, sepanjang perjalanan kereta, itulah yang akan lo denger. Seturunnya dari kereta, niscaya lo akan fasih menirukan sahut-sahutan para pedagang tanpa tanda jasa tersebut.
Pedagang yang mengobati rasa laper gue dengan nasi anget dan telornya seharga sepertiga dari nasgor yang dijual di kantin kereta api. Pedagang yang berkali-kali bikin gue bimbang tiap nyium bau kopi atau seduhan popmie. Mau jajan banyak tapi takut ntar pengen boker. Nggak asik sih kayanya boker di kereta, goyang-goyang, takut belepotan.
Yah, tapi sebagai kompensasi tidur lo yang nggak enak dan pasti bikin badan capek, banyak-banyaklah makan, minum minumannya orang pintar -read: Tolak Angin- atau semacamnya, atau vitamin tambahan. Apalagi kalo setelah perjalanan panjang kurang tidur di kereta bakal langsung dihantam dengan perjalanan lain menuju destinasi trip lo, tanpa istirahat dulu. Ini gue sambil #curhat sih ya..
Gue pribadi sih biasanya lebih suka minum yang anget-anget kalo lagi di perjalanan gitu. Selain aman buat perut, minuman anget gitu bisa bikin badan berasa lebih seger. Dan.. ingat untuk selalu makan gorengan, apalagi yang masih anget! Apalagi pisang goreng! Enak, (lumayan)mengenyangkan, dan cocok dimakan kapanpun dan dalam kondisi apapun.
Hidup pisang goreng dan teh manis anget!
Tebak, gue yang mana? *ngumpet* |
0 comment:
Post a Comment