Sebelumnya.. gue nggak pernah berpikir akan mengalami perpisahan yang amat panjang dengan kasur, kasur apapun kasur siapapun. Nggak, sampai gue ngetrip ke Malang. Setelah mengalami Balada Matarmaja, tidur yang kurang, untungnya perut kenyang, perjalanan masih berlanjut.
Sampai di stasiun Malang gue segera merecharge tenaga dengan pisang goreng dan teh manis panas. Setelah sebelumnya sempet mandi dulu di toilet yang ada di deket stasiun. Badan gue seger lagi.
Tanpa bertemu kasur, perjalanan dilanjutkan dengan naik angkot carteran menuju terminal Paltuding yang kembali dilanjutkan dengan naik bus menuju terminalBondowoso.
Sesampainya di terminal Paltuding gue kembali minum teh manis, kali ini es teh manis. Setelah naik bus selama beberapa jam. Masih dilanjut lagi naik bus menuju Terminal Bondowoso selama lebih dari 3 jam.
Setibanya di terminal Bondowoso, masih harus naik mobil lagi, sekitaran 3 jam untuk menuju tempat pendakian Kawah Ijen. Pantat gue rasanya udah kapalan gara-gara kelamaan duduk.
Nah ternyata lagi, untuk ke tempat pendakian, mobil angkutan umumnya udah nggak ada karena udah kesorean. Pilihannya adalah:
1. Nyarter mobil barengan 3 orang mahasiswa yang katanya dari Kalimantan dan 2 bule yang juga mau kesana.
2. Menginap dan baru naik besok pas udah ada angkutan ke sana.
3. Naek ojek seperti cerita kenek bus menuju Bondowoso.
Setelah berdebat panjang, akhirnya gue dan 7 temen gue memutuskan untuk.. makan. Ternyata perut yang kosong bikin otak susah mikir dan gampang senewen.
Setelah makan, kami memutuskan untuk kembali berdebat sampai akhirnya dipilihlah opsi pertama. Pertimbangannya adalah biar jadwal yang sudah disusun ggak ngaret karena rencananya kami memang mau mendaki tengah malam buat liat blue fire, lagi pula itu opsi yang paling masuk akal dari segi biaya dan keamanan.
Blue Fire ini katanya cuma ada 2 di dunia, satu lagi adanya di Islandia, entah kapan gue bisa kesananya.
Sekitar jam 7 mobil carteran berangkat. Lama. Jalanannya gelap. Pilihannya cuma tidur.. atau nonton video dangdutan yang disetel sama bapak supirnya, sayang lagunya nggak ada yang gue hafal. Gue memilih untuk tidur tapi nggak bisa.
Sampai di start point pendakian sekitar jam setengah 11. Dan.. masih harus menunggu sampai jam setengah 1. Biar apa ya? Gue lupa, pokoknya mah gitu lah..
Lagi-lagi gue bingung mau ngapain. Tidur nggak bisa. Mau berdiri di luar juga dingin banget. Akhirnya kami nongkrong di salah satu warung yang nggak buka, gue rasa pun ini warungnya cuma decoy doang sih, berasa nggak ada tanda-tanda kehidupan gitu.
Menunggu, kedinginan, terus-terusan kebelet pipis, sampai jam setengah 1.
08 March 2014
Perjalanan Masih Panjang
Posted on Saturday, March 08, 2014 by Unknown
| No comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comment:
Post a Comment