31 August 2014

AirAsia Bikin Saya Jadi Bandel

Setelah berkuliah dan tinggal sendiri di Bandung, jauh dari keluarga, perlahan hobi traveling saya muncul. Disponsori oleh bosan dan sumpeknya kuliah teknik, saya mulai jalan-jalan. Kalau lagi nggak ada teman untuk diajak nge-trip, solo-traveling pun jadi. Lalu terdengar kabar yang menggelitik telinga saya.

Teman di kosan sebelah habis traveling ke Korea naik AirAsia.

Kenapa dia bisa ke sana? Selain karena emang udah nabung dari jauh hari, didukung pula dengan tiket AirAsia rute Jakarta-Seoul yang kurang dari setengah harga normal. Gila, pikir saya.

Jiwa penasaran saya terusik. Pengen juga, ih, jalan-jalan ke luar negeri. Sebelumnya saya cuma jagoan Pulau Jawa, itu juga cuma Bandung - Jogja dan sekitarnya saja yang pernah saya jelajahi sendirian. Ternyata nggak cuma saya yang pengen jalan-jalan, teman 1 teman saya juga. Klop, pikir saya, ada teman untuk sharing biaya dan seru-seruan bareng saat trip nanti.

Sembari menunggu musim sale AirAsia, kami berjualan kue untuk menanggung biaya akomodasi. Setiap pagi kami membeli kue di pasar, lalu menitipkannya ke kantin dan mini-market kampus. Hehe, terdengar seperti cerpen di buku pelajaran Bahasa Indonesia, ya? Setiap pagi saya berjuang untuk bangun, melawan dinginnya Bandung di pagi hari, mudah saja untuk kembali terlelap setelah mematikan alarm. Sementara teman saya membawa motor, saya dibonceng sambil membawa kardus berisi kue. Asap knalpot kendaraan sudah jadi sarapan pagi kami.

Akhirnya sale AirAsia dibuka, tepat jam 12 malam. 4 jam sebelumnya kami membuat skenario perjalanan. Negara yang akan kami kunjungi, rute yang akan kami tempuh, serta alternatif jika tidak mendapatkan rute yang kami inginkan. Oh, iya, tanggal perjalanan pun sudah kami plotkan, seminggu setelah UAS (Ujian Akhir Semester), menurut kalender akademik waktu itu.

Berbekal uang hasil jualan, terbeli sudah tiket Jakarta-Singapore, Singapore-Kuala Lumpur, Kuala Lumpur-Penang. Sementara itu tiket pulang Bangkok-Denpasar kami beli pada sale AirAsia di bulan setelahnya. Keren nggak, sih? Promo AirAsia ini karena saking seringnya kadang sampai bikin galau, bawaannya jadi pengen traveling terus.

Promo yang kami peroleh pun beragam, dari harga tiket yang setengah harga normal, sampai tiket nol rupiah. Gara-gara ini saya dan teman saya sempat kalap dan berencana pergi ke 5 negara ASEAN, sayangnya kami keburu eling dan hanya memutuskan pergi ke Singapore, Malaysia, dan Thailand karena nggak yakin bisa mengumpulkan cukup uang untuk akomodasi di 5 negara tersebut. Cukup lama juga jarak pembelian tiket dengan jadwal trip kami, 10 bulan.

Setelah 9 bulan, lahirlah kalender akademik yang baru. Jadwal trip kami berada tepat di tengah-tengah jadwal UAS. Jeng jeng! Aku kudu piye? Yang pasti nggak rela kalau harus ngebatalin trip yang udah dipersiapkan selama ini.

Setelah ngobrol bareng temen, sampai berkonsultasi ke dosen wali, kami, memutuskan untuk bandel. Kami 'bolos' semua jadwal UAS 1 semester. Cool, huh? Terinspirasi dari kata-kata dosen wali: "Ya, enaknya gimana? Terserah kalian. Tapi, kalau saya sih lebih baik menyesal karena melakukan sesuatu daripada menyesal karena nggak pernah mencoba."

Skip UAS bukan masalah, masalahnya adalah bagaimana caranya bolos UAS namun tetap diizinkan mengikuti UAS susulan. Akhirnya 7 dosen kami datangi untuk izin tidak mengikuti UAS dan mohon izin agar diperbolehkan ikut ujian susulan. Tanggapannya macam-macam, diantaranya:

"Jadi kamu lebih milih jalan-jalan daripada masa depan kamu?" kata 1 dosen ganteng, tadinya pengen saya jawab: masa depan saya kan Bapak.

"Wah, jadi kalian habis berapa buat jalan-jalan ini? Keren juga ya kalian," kata salah satu dosen yang kalau ngajar jarang saya perhatikan, jadi ngerasa bersalah.

"Oh gitu? Yasudah, ndak apa-apa. Selamat liburan ya, mbak. Jangan lupa oleh-olehnya," kata bapak doesn yang kalau ngajar suka jayus, mau ngelucu tapi nggak lucu. Nanti kalau saya diajar sama Bapak lagi, saya janji bakal ketawa tiap Bapak ngelucu.

Jadi, ini nih! Gara-gara AirAsia saya jadi bandel, bolos-bolos UAS. Yang pasti seketika saya dan teman saya jadi ngetop sementara di kampus. Siapa lagi selain kami yang izin bolos UAS untuk seluruh mata kuliah karena mau jalan-jalan?

Dan saya nggak nyesel jadi bandel dan ketagihan nge-trip.

Kalau nggak bandel mungkin saya nggak akan ngerasain nyasar di Changi Airport yang luas dan mirip mall, bahkan kami hampir keluar bandara tanpa lewat immigration check dulu, entah gimana.

Kalau nggak bandel mungkin saya nggak akan ngerasain kedinginan tidur di LCCT, Low Cost Carrier Terminal, mandi di sana pagi-pagi sebelum akhirnya ngebolang di Kuala Lumpur.

Kalau nggak bandel mungkin saya nggak akan foto-foto di depan Petronas.

Kalau nggak bandel mungkin saya nggak akan tahu gimana rasanya di-eek-in burung di sekitaran Orchard Road.

Kalau nggak bandel mungkin saya nggak akan tahu gimana rasanya nongkrong di deket Merlion.

Kalau nggak bandel mungkin saya nggak akan tahu rasanya naik BTS, Bangkok Mass Transit System, lalu berdempetan dengan para ladyboy yang cantiknya ngalah-ngalahin Olla Ramlan, tapi begitu ngomong suaranya kayak Ebiet G Ade.

Kalau nggak bandel mungkin saya nggak akan tahu rasanya disuit-suitin sama tukang ojek di pengkolan penginapan. Mereka ngomong Bahasa Thailand, setelah dipikir-pikir, mungkin saya dikira cewek lokal sana, toh wajah orang Thailand dengan Indonesia sebenarnya nggak banyak berbeda.

Kalau nggak bandel mungkin saya nggak akan tahu rasanya nyusurin Gurney Drive, makan Asam Laksa dan pancake pisang.

Kalau nggak bandel mungkin saya nggak akan tahu gimana betenya telat bangun, nyasar, lalu ketinggalan minivan yang harusnya membawa kami dari Penang ke Phuket, lalu harus mengeluarkan ongkos tambahan untuk minivan Penang-Hat Yai dan bus Hat Yai-Phuket

Kalau nggak bandel mungkin saya nggak akan tahu rasanya naik lift di MBK Shopping Center lalu ada bapak-bapak yang nanya: "Are your nose real?" WTF, dikira hidung saya hasil oplas apa?! Padahal mancung banget juga kagak,

Kalau nggak bandel mungkin saya nggak akan tahu rasanya ke Big Buddha di Phuket, lalu ngobrol sama bapak-bapak dan dibilangin : "Oh, I thought you're from India, you look like Indian," krik-krik. Ada apa sih dengan muka saya?
Categories:

1 comment:

  1. hostel in jaipur
    hostels in jaipur


    It is probably a pity that every citizen of each state cannot visit all the others, to see the differences, to learn what we have in common, and come back with a richer, fuller understanding of America – in all its beauty, in all its dignity, in all its strength, in support of moral principles. – Dwight D. Eisenhower

    ReplyDelete